Jumat, 24 Agustus 2012

Gunung Agung Ku Menangis

17 Agustus 2012 lalu aku merayakan hari kemerdekaan dengan mendaki gunung Agung dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di puncak tertinggi Pulau Bali. Aku berangkat dengan 14 orang temanku dari denpasar.  Saya memakan waktu hampir 8 jam dari Pura Besakih.

Pertama aku begitu semangat naik dengan teman-teman. Terbayang dipikiranku pemandangan yang eksotis di sore hari. Namun itu berbanding terbalik.

Agung kini tidak sebersih dulu. Banyak sekali saya temukan sampah plastic yang berserakan terutama dekat dengan lokasi Camp (Boyke) atau sekarang bisa disebut Kori Agung.
Batu-batu tebing habis diwarnai dengan corat-coret tidak jelas. Sepertinya orang-orang yang menulis di batu tebing tersebut pengen tenar, dan pengen diketahui oleh yang mendaki kesana bahwa mereka pernah mendaki. Sungguh Kekanak-kanakan bagiku.
Tebing yang penuh Vandalisme

Dan ini yang paling membuat saya jengkel. Ketika saya mendaki saat itu, bukan rombongan saya saja yang mendaki. Banyak juga murid-murid SMA satu kelas dan organisasi-organisasi yang menyatakan Petualang. Banyak dari mereka [terutama murid SMA beserta Guru-nya] memetik bunga Edelweis tanpa perasaan! [persis didepan mata saya] Memetik banyak sekali seakan mereka tak bisa menggenggam dengan satu tangan.. Sudah tahu bunga tersebut bunga langka, masih juga dipetik.
Edelweis di Gunung Agung


Ketika saya Tanya seorang bapak yang memetik bunga edelweis “Mengapa Bapak Memetik bunga langka tersebut”, beliau menjawab  “Ini akan saya berikan kepada istri saya. Ini katanya bunga abadi.. jadi mungkin bisa menandakan cinta kami akan abadi”. Setelah mendengar jawaban bapak tersebut, Saya Tertawa dalam hati. Kayaknya bapak ini terlalu sering nonton film fantasi.. Ha ha hah a
Tapi Tawa saya tidak bisa lama karena masih jengkel dengan prilaku pendaki-pendaki yang tidak tahu etika tersebut..
Sampah Berserakan

Semestinya Semua pendaki sadar akan kelestarian dan ke-Asrian alam . Karena kita Mendaki ingin mencari Kesenangan lewat pemandangan yang asri, bersih, sejuk bukan?. Jika pemandangan kumuh yang terlihat, apa beda pegunungan dengan kota yang kumuh?.

Jika ingin orang lain mengetahui bahwa kita pernah mendaki gunung, cukup dengan Foto kemudian pajang di Facebook atau Twitter dll. Dan jika ingin menikmati keindahan bunga Edelweis, tidak perlu memetiknya. Cukup dengan Foto-foto, kemudian cetak yang besar dan pajang di kamar anda. Bukan begitu?

2 komentar:

  1. samapah dan vandalisme, pemandangan yang menggangu dan meresahkan...

    btw, ane penasaran sama Pure Besakih di kaki gunung Agung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas. Sampah dan vandalisme mengganggu mata. Penasaran gimana mas?

      Hapus