Pagi begitu cerah menyambut, tanggal 5 Mei 2012 saya bersama
teman-teman akan melakukan pendakian ke gunung Batukaru yang terletak di
Tabanan Bali. Seperti yang telah direncanakan sebelumnya,saya bersama
teman-teman kali ini mengambil rute dari jatiluwih. Ya, kata orang jalur
terebut adalah yang paling singkat, dibanding dengan jalur dari Wongaya gede.
Baca Selengkapnya
Dengan mengendarai motor, saya dan 12 teman lainnya tiba di pura Luhur Taksu- Jatiluwih pukul 10.00 pagi setelah menempuh kurang-lebih 2 jam dari Denpasar. Dipura itulah kami memulai perjalanan setelah meminta restu dari Bathara Luhur Taksu dengan di pimpin oleh Mangku Pura.
Baca Selengkapnya
Dengan mengendarai motor, saya dan 12 teman lainnya tiba di pura Luhur Taksu- Jatiluwih pukul 10.00 pagi setelah menempuh kurang-lebih 2 jam dari Denpasar. Dipura itulah kami memulai perjalanan setelah meminta restu dari Bathara Luhur Taksu dengan di pimpin oleh Mangku Pura.
puncak batukaru saat pagi hari |
Kami sempat diberi nasehat oleh pemangku disana, agar tidak
berkata sembarangan yang dapat melukai perasaan, berkata-kata yang dianggap
kotor, dan tidak mengeluh atau bertindak semena-mena. Agar kita diperjalanan
selalu percaya bahwa gunung tersebut memiliki Magis tersendiri.
Pertama terlintas dipikiran saya, “Ah, dengan ketinggian
2200 mdpl paling juga dekat. Kata orang rata-rata 3 jam sampai”. Pada awal
ketinggian 900 dpl kami mendaki, entah kenapa kaki ini terasa berat melangkah. Teman disamping selalu mengeluh.”Ah capek. Kok
lama sekali ya?”. Saya pun demikian. Kaki ini gemetar.. ingin kram rasanya.
Padahal tahun lalu saya lewat jalur Wongaya Gede tidak separah ini, dan jalur
tersebut merupakan jalur paling terjal dan panjang. Namun kali ini melewati
jalur yang kebanyakan dikatakan orang lebih pendek, saya hampir tidak bisa
melanjutkan.
Hampir Frustasi rasanya setelah ditinggal jauh oleh
rombongan dan saya hanya ditemani oleh salah satu teman saya dibelakang. Hampir
setiap sepuluh langkah saya berhenti. Beban terasa berat. Pikiranku langsung
kacau entah kenapa. Rasa emosi bercampur frustasi menderu. Akhirnya saya
mencoba menenangkan diri dan tidak memikirkan hal yang lain, selain sampai
puncak sebelum malam. Saya mencoba santai dengan istirahat sambil makan dan
menikmati pemandangan hutan belantara yang tidak tembus sinar matahari
langsung. Tidak lama kemudian, rasa capek itu hilang dan entah kenapa rasanya
tubuh ini dipenuhi energy segar. Pikiran jadi senang.. saya sampai bisa berlari
menaiki terjalnya bukit dengan menggendong carrier 90 liter.
Akhirnya hampir 5 jam perjalanan saya tempuh sampai tiba di
sebuah batu besar yang disebut Beji. Disana biasanya keluar air yang dianggap
suci oleh penduduk sekitar. Sayang waktu
saya sampai disana tak setetespun air mengalir dari batu tersebut. Saya
langsung tancap sekitar 1 jam perjalanan lagi hingga sampai pada hamparan
padang rumput yang luas. Terlihat samar-samar sebuah payung bali (pajeng) dari
pura Puncak Kedaton yang terletak tepat di puncak gunung Batukaru. Rasa senang
menghampiri karena saya sudah sampai di puncak. Dan saya sudah ditunggu teman
yang lain untuk membangun tenda.
Malam hari terasa indah karena malam itu bertepatan dengan
bulan purnama (bulan penuh) ditemani gemerlapnya lampu di kota yang terlihat
indah dari puncak gunung, bintang-bintang berkelap-kelip melengkapi dinginnya
malam. Canda tawa bersama teman-teman seakan dapat mengusir dinginnya malam
itu. Tiba-tiba serombongan orang berpakaian adat menghampiri kami, mereka
menceritakan masalahnya. “Rombongan kami terpecah menjadi dua, kami tidak bawa
persiapan apapun. Tanpa senter, tanpa persediaan air. Apakah adik mau menjual
beberapa senter kepada kami? Kami akan bayar dan kami bermaksud balik untuk
menjemput rombongan kami yang masih tertinggal di belakang. Mereka juga tidak
bawa senter”. Saya prihatin mendengan cerita bapak-bapak tersebut. Akhirnya
saya memberi mereka senter. Tak lama kemudian rombongan bapak-bapak tadi tiba
sekitar 9 malam. Saya terkejut karena didalam rombongan tersebut ada seorang
nenek-nenek.
Keesokan harinya, pagi yang indah menyambut. Matahari terbit
dari ufuk timur mengeluarkan sinar jingga yang muncul dari sebelah gunung Agung.
Tampak indah disebelah barat terlihat jelas gunung Raung dan Gunung Baluran
yang terletak di jawa timur menjulang tinggi ke angkasa. Disebelah Selatan
separuh pulau bali terlihat begitu menawan, Disebelah Utara panorama Danau
Buyan yang dikelilingi perbukitan menambah takjub saya akan Ciptaan Tuhan yang
Maha Esa.
Dari pengalaman saya diatas akhirya saya mendapat sebuah
pencerahan bahwa semestinya kita tidak menganggap remeh sesuatu apapun. Dan
dengan pikiran yang rileks dan tenang, kita dapat mengahadapi masalah dengan
baik. Dan sudah semestinya agar kita selalu menolong sesama yang sedang
kesusahan.
Sebagai insan muda Indonesia saya bersyukur telah dilahirkan
di Bumi Nusantara yang indah ini.
HI
BalasHapusnama saya eli saya mau tahu info tentang guide yang bisa untuk mendaki ke batukaru
apakah punya infonya ?
tolong di email ke eli_kartika@yahoo.co.id
gua juga mau kunjungikeindahan bali yang satu ini..
BalasHapushttp://ariefmoenandar.blogspot.com/2013/11/gunung-batur-bali-sekelumit-tujuan.html