Jumat, 09 Maret 2012

Menapak Puncak Utara Gunung Raung


Liburan semester ini saya memilih untuk mendaki gunung. Saya memilih  ke gunung raung yang terletak di jawa timur. Menurut peta, ketinggian gunung raung diperkirakan 3.332 m.dpl . Dipuncak gunung ini begitu indah jika cuaca cerah. Saya berangkat dengan yuda dari bali mengendarai sepeda motor vario punya pamanku. Meskipun di jalan motor ku banyak sekali masalahnya namun astungkara saya dapat menyelesaikan misi saya untuk mendaki ke gunung raung.

Baca Selengkapnya

Hari pertama (Perjalanan Melelahkan):

Tujuan pertama ku adalah Jember. Di Jember saya bisa untuk isi ulang  gas tabung kecil yang akan digunakan untuk memasak di gunung nanti sekalian mampir di secretariat mahapala di Universitas Jember. 

Rute  : Denpasar-Gilimanuk-Ketapang-Banyuwangi-Jember
Estimasi waktu : 8 Jam perjalanan dengan kecepatan sepeda motor rata-rata 60 km/jam

Perjalanan terasa menyebalkan saat dari denpasar menuju gilimanuk. Entah kenapa motor vario yang aku pinjam dari pamanku rusak! Injakan kaki lepas dan bautnya terpental entah kemana. Maklum mungkin karena jalanan sekitaran tabanan sampai Negara hancur dan banyak lobangnya. Terpaksa di ikat memakai tali raffia. Dan kami melanjutkan perjalanan dengan pelan-pelan.
Rasa jengkel akhirnya terobati setelah sampai di gilimanuk (tidak menemui jalan berlobang lagi), kami menyebrang jam 11:40. Sambil cerita-cerita di kapal ditemani alunan music dangdut dan memandang lautan selat bali yang indah, tak lupa saya mensetting arloji saya satu jam lebih awal mengikuti Waktu Indonesia bagian Barat. 

Dari Banyuwangi menuju Jember memang agak melelahkan. Ditambah saat itu cuaca panas membakar kulit muka ku karena helm yang ku pakai gak ada kaca penutup. Saya sarankan jangan melakukan perjalanan siang bolong. Panas bukan main rek!.  Saya sampai di jember jam 18.30 WIB(maklum sering berhenti). Saya dan yudha menginap di secretariat mahapala DIII F.E UnEj. Teman-teman disana sangat ramah dan mengasyikkan walaupun baru bertemu tapi serasa sudah menjadi sahabat lama.

universitas jember
sekretariat mahapala

Hari KEdua (Pendakian yang tertunda):

Rute : Jember-Bondowoso
Estimasi waktu : 40 menit

Rencana berangkat pada hari kedua kandas karena teman yang rencananya mengantar ke Raung ada kesibukan saat itu ditambah cuaca yang sedang tidak mendukung untuk naik gunung. Akhirnya saya Bermalam di Gema Mahapeta diuniversitas Bondowoso. Teman-teman mapala disana asyik-asyik baru bertemu sudah bercanda dan sambil menghangatkan suasana kampus dengan arak bali yang saya bawa.
sekretariat gema-mahapeta universitas bondowoso


Hari Ketiga (Awal Petualangan)

Rute : Bondowoso-Sumberwringin
Estimasi waktu : 40 menit

Akhirnya hari ketiga jadi berangkat ke Gunung Raung. Jam menunjukkan pukul 8:45 WIB Dengan diantar Patkay, aku , yuda dan ale berangkat menuju Kecamatan sumberwringn yang merupakan Rute yang akan kami tempuh menuju puncak Utara Raung. Pertama kami singgah dulu di Basecamp pendaki sambil mengisi buku pendaki. Kemudian lanjut perjalanan menuju rumah pak Ir tempat  kami menitipkan sepeda motor sekaligus mengisi air minum Kami membawa banyak air karena jalur pendakian Raung tidak akan menemui sumber mata air. 
tempat menitip motor

Setelah berpamitan dengan Pak Ir , kami jalan kaki berangkat menuju pondok motor. (konon dulu disana tempat persinggahan menaruh motor, namun sekarang gubuknya sudah rusak). Namun belum sampai lima menit perjalanan, ada bapak petani yang membawa mobil memberi kami tumpangan,tetapi  tidak sampai pondok motor. Kami harus jalan kaki sekitar 3 kilo lagi untuk sampai di pondok motor. Akhirnya jam Setengah Duabelas kami tiba di pondok motor. Tidak perlu istirahat berlama-lama, kami langsung lanjut perjalanan menuju pondok sumur. 

Dari Pondok Motor menuju Pondok sumur memakan waktu 4 jam perjalanan dengan melewati ladang kopi dan labu, dan sering menyesatkan.. soalnya kita melewati perkebunan dari penduduk disana, jadinya banyak sekali percabangan jalan.  Salah-salah kita malah menuju gunung Suket. Para pendaki disarankan untuk bertanya pada penduduk diladang. Atau kalau masih ada bisa mengikuti string line yang dipasang oleh pendaki lain. Sehabis kebun, tibalah pada padang ilalang yang setinggi tubuh manusia membuat jalur tertutup. Lanjut masuk hutan dan jam 15:30 WIB sampai di pondok sumur. (Dinamakan pondok sumur karena memang disana ada sungai tapi hanya terisi air pada saat hujan). Kita camp di pondok sumur.



Hari Ketiga (Pondok Angin)

Pagi begitu cerah saat saya membuka mata, terlihat patkay sedang masak air untuk kami. Saya pun langsung bangun dan ikut membantu. Menu pagi ini hanyalah sedikit roti dengan air gula ditemani canda tawa gurauan yuda yang mendengar alunan music dangdut di hutan kemarin malam. Saya lihat jam menunjukkan pukul 8:00 WIB, kami langsung packing dan berangkat menuju pondok angin, tempat camp terahir sebelum puncak. Kami berjalan dengan santai, setelah melewati beberapa pos, diantaranya pondok Tonyo, Pondok Demit, Pondok Mayit . memang kedengarannya angker tapi itu memang menurut cerita penduduk sekitar bahwa jalur utara raung ini memang angker, dan pos-pos tersebut dinamakan memang karena kenyataan ada mahluk begituan “hii… seram”.  Saya sampai di pondok angin pada pukul 1 siang (dinamakan pondok angin karena memang biasanya disini angin bertiup sangat kencang). Maunya muncak sore tapi malah ada kabut diatas. Akhirnya kami memilih muncak besok pagi. Sisa waktu yang lama saya habiskan untuk cerita-cerita sambil bercanda.
pondok angin

Hari keempat (Menuju Puncak)

Rencana awal kepuncak melihat sunrise atau matahari terbit kandas setelah bangun kesiangan. Jam setengah 6 ini sudah terang benderang. Roti, bendera, sarung tangan, saya masukkan ke daypack. Sarapan pagi ini cukup air gula saja. Agar tidak keburu siang, kami percepat langkah menuju puncak. Sempat sesekali berhenti akibat nafas tersedak akibat asap belerang yang turun dari puncak. Medan yang cukup terjal dan sempit tidak menjadi halangan. Sampai akhirnya tiba di puncak utara (disebut sebagai puncak singa) pada jam setengah 7. 

Sepertinya Tuhan memberkati perjalanan kami, terbukti dengan cuaca cerah.. tiada angin, tiada kabut, langit biru dihiasi awan matahari cerah menerangi kawah yang luas. Sungguh pemandangan tiada tara.
Namun kami tidak banyak mengabadikan foto akibat baterai kamera yang hanya tinggal sedikit. Kami hemat agar bisa foto setiap perjalanan. Setengah jam dipuncak kami langsung turun berkemas, dan langsung menuju perkampungan. Kami percepat langkah agar tidak kesorean sempat kaki ini keseleo akibat terpeleset tapi saya tetap berjalan. Lagi-lagi hal terbosan yang pernah saya jalani adalah trek macadam atau ladang perkebunan warga. Jalan datar tapi berbatu dan jaraknya lumayan jauh. Sempat kami berharap ada mobil tumpangan namun mungkin saat itu sore, jadi jarang yang memanen di ladang. Disini kami hampir patah semangat. Telapak kaki mulai sakit menginjak batu-batu kerikil yang tiada habisnya. Yeah.. tapi akhirnya sampai di perkampungan. Kami langsung cuci kaki, dan berpamitan kepada pemilik rumah. 

puncak raung utara

puncak raung utara

Ini adalah perjalanan menyenangkan…

2 komentar:

  1. Asyik nih cerita pendakian, semoga kami nanti bisa mendaki ke gn.Raung.

    Salam kenal, tetap bertualang..Di tunggu kunjungannya.. :)

    BalasHapus